Luminesens (Luminescense) adalah kemampuan suatu zat untuk berpendar / menyala dalam gelap.
Luminesens (Luminescense) adalah kemampuan suatu zat untuk berpendar / menyala dalam gelap. Kemampuan zat seperti ini dibagi menjadi beberapa jenis. Namun ada dua di antaranya yang cukup dikenal, yaitu fosforesensi (phosphorescence) and fluororesensi (fluororescence). Biasanya banyak terjadi kesalahpahaman antara fosforesensi dengan fluororesensi. Perbedaan antara Fosforesensi dengan fluororesensi adalah dalam hal lama waktunya zat tersebut menyimpan cahaya mereka. Fosforesens dapat menyimpan energi lebih lama, sehingga akan memancarkan cahaya (berpendar) lebih lama dari pada fluorosens. Pada fluorosens, setelah energi yang digunakan untuk mengeksitasi elektron dihilangkan (biasanya berupa sinar UV) maka zat fluorosens tidak akan dapat menyala dalam gelap. Dengan kata lain zat berfluororesensi hanya dapat terlihat menyala apabila dikenai dengan sinar ultraviolet di dalam gelap, dan tidak dapat berpendar ketika sinar ultravioletnya dimatikan. Hal ini berkaitan dengan cepat dan lambatnya elektron kembali ke orbital energi tingkat dasar, semakin cepat elektron kembali ke orbital maka semakin cepat pula hilang berpendarnya (Ronda, 2007).
Ditinjau dari ilmu kimia, suatu zat bisa menyala dalam gelap diawali dari akibat adanya eksitasi elektron yang terjadi di dalam zat tersebut karena menerima energi dari luar (seperti terkena gelombang cahaya), kemudian saat elektronnya kembali ke orbital dasarnya, terjadi pelepasan energinya kembali (emisi) dalam bentuk gelombang yang tampak berupa cahaya/pendar (Ronda, 2007).
Proses yang terjadi pada zat yang dapat menyala dalam gelap dimulai eksitasi elektron yang melibatkan dua orbital dengan tingkat energi berbeda. Pada saat elektron tereksitasi, elektron berpindah dari orbital berenergi lebih rendah ke orbital yang berenergi lebih tinggi, yang merupakan reaksi yang non-spontan (dibutuhkan sejumlah energi aktivasi untuk menyebabkan sebuah elektron tereksitasi, misalnya terkenanya gelombang cahaya/elektromagnetik dengan energi sejumlah x kJ). Tereksitasinya elektron ini menyebabkan keadaan tidak stabil, sehingga menyebabkan elektron cenderung kembali ke keadaan orbital dasar elektron tersebut. Pada saat elektron yang tereksitasi kembali ke orbital asalnya (yang memiliki energi lebih rendah), energi sejumlah x kJ dilepaskan kembali. Energi yang dilepaskan ini berada dalam bentuk gelombang, yang panjang gelombangnya berada di range visible/tampak (10 nm – 103 nm), sehingga terlihat menyala di dalam gelap (Kitai, 2008).
Sebenarnya zat fosfor / fluoresens itu berpendar sepanjang terkena terhadap gelombang cahaya (misalnya: cahaya matahari). Namun, cahaya yang dihasikan dari hasil eksitasi elektron dari zat fosfor kalah terang dari cahaya (matahari), sehingga zat tersebut tidak terlihat sedang berpendar/memancarkan cahaya. Hal inilah yang menyebabkan fosfor terlihat berpendar pada ruang gelap atau pada malam hari (Feist, 2001).
Sumber:
Feist, J. P, Heyes, A. L. dan Nicholls, J. R .2001. Phosphor thermometry in an electron beam physical vapour deposition produced thermal barrier coating doped with dysprosium". Proceedings of Institution of Mechanical Engineers, Vol. 215 Part G, pp. 333-340.
Kitai, Adrian.2008. Luminescent Materials and Application. McMaster University Ontario, Canada
Ronda, C.2007.Luminescence From Theory to Applications.Willey-VCH Verlag GmbH Co. KGaA, Weinheim
Sumber Gambar:
[Gambar 1: http://www.exchequer.com.au]
[Gambar 2 http://www.dcb-server.unibe.ch]
Buat yang mau ebooknya bisa saya kirim ke email anda :p
No comments:
Post a Comment